Date: 07:50
In: Artikel, burung cendet pendet, cara beternak cendet pentet, inbreeding, makanan cendet pentet, menjodohkan cendet pentet, tips ampuh menjodohkan cendet pentet
TIPS AMPUH MENJODOHKAN CENDET / PENTET
Ketika ingin mengembang biakkan keturunan burung Cendet / Pentet diperlukan proses penjodohan, setelah kita memiliki kualitas burung Cendet / Pentet jantan dan betina yang unggul pasti akan memiliki keturunan yang berkualitas
- TAHAP PENGENALAN
Tempelkan dua sangkar yang masing-masing berisi indukan jantan dan induk betina. Ini merupakan tahap awal pengenalan, agar induk jantan dan betina bisa saling mengenal atau dalam istilah kerennya “Say Hello” terlebih dahulu. Butuh waktu 1 – 7 hari untuk menunggu sampai keduanya saling tertarik.
Ø Tanda-tanda ketertarikan antara lain :
§ Induk jantan membawa pakan diparuhnya (seperti dicapit), dan berusaha memanggil si betina untuk mau disuapi.
§ Meski berada dalam sangkar terpisah dan saling berdempet, posisi induk jantan dan betina saat tidur berdekatan atau rendengan
Jika kedua hal itu sudah terlihat, kini saatnya yang paling tepat memberi kesempatan kepada induk jantan dan betina untuk mandi bersama di karamba mandi. Saat itulah anda bisa memperhatikan tingkah laku kedua burung tersebut. Jika terjadi perkelahian, segera pisahkan dan ulangi proses penjodohan dari awal. Jika burung mau mandi bersama dan akur, segera masukkan keduanya dalam kandang penangkaran.
- TAHAP PENYATUAN
Tahap penyatuan induk jantan dan betina bisa dilakukan didalam kandang penangkaran. Anda bisa mencobanya dengan menggunakan kandang soliter terlebih dulu, sambil menempatkan tempat sarang. Tempat sarang bisa dibuat dari anyaman rotan, bamboo atau batok kelapa. Masukkan bahan-bahan penyusun sarang seperti sabut kelapa, serat nanas, jerami dan daun cemara kering.
Sekarang amati kembali kerukunan atau keakuran jantan dan betina. Tanda-tandanya adalah Cendet / Pentet jantan terus merayu betina, sesekali menyuapi calon pasangannya, atau si jantan sibuk menata bahan-bahan penyusun sarang. Jika semuanya sudah oke, kedua induk bisa dipindahkan ke kandang penangkaran sesungguhnya, tetapi anda juga bisa tetap mempertahankannya di kandang soliter.
Umumnya, kandang penangkaran masih beralas tanah. Anda bisa meletakkan beberapa pohon kecil sebagai peneduh dan bak mandi dibawahnya. Ukuran kandang relative, tergantung lahan penangkaran. Ukuran minimal yang diperlukan adalah panjang 100 cm x lebar 50 cm x tinggi 200 cm.
- TAHAP REPRODUKSI
Untuk mempercepat proses perkawinan, suasana kandang diusahakan nyaman dan sejuk. Caranya, anda bisa menyirami air di dasar kandang setiap pagi dan sore, selama beberapa hari. Bak mandi dibersihkan secara rutin, jangan sampai terlihat kotor dan berjamur.
Jika pasangan Cendet / Pentet ini sudah mulai birahi, mereka akan kawin dan menyusun sarangnya. Sekitar 4 – 10 hari setelah kawin, induk betina akan bertelur (rata-rata 2 – 4 butir) dan akan dierami selama 14 hari hingga menetas. Piyik yang sudah berumur 5 – 10 hari bisa langsung diberi ring pengenal. Pada masa tersebut, anda juga memiliki dua pilihan untuk perawatan piyik, disapih dengan konsekwensi anda harus melolohkan makanan untuk piyik, atau tetap menyerahkan pengasuhan piyik kepada induknya.
Piyik mulai keluar sarang dan belajar terbang pada usia 12 – 14 hari. Setelah usianya mencapai 1 – 2 bulan, anakan Cendet / Pentet sudah bisa makan sendiri, bahkan sudah bisa dipasarkan.
- ASUPAN PAKAN SELAMA PENJODOHAN
Selama proses penjodohan, penyatuan, hingga perkawinan, induk Cendet / Pentet jantan dan betina membutuhkan asupan pakan yang bergizi. Hal ini akan mempengaruhi birahi, fertilitas, daya tetas, hingga kualitas piyik yang dihasilkan.
PAKAN YANG DIBUTUHKAN ANTARA LAIN :
· Cacing tanah, dalam jumlah cukup setiap harinya
· Jangkrik, dengan porsi 30 ekor (pagi/sore pada awal perjodohan, lalu dikurangi menjadi 10 ekor (pagi/sore) setelah burung bertelur
· Kroto, sebanyak 1 cepuk setiap pagi
· Buah-buahan seperti pisang, papaya, apel dan sebagainya
· Voer (untuk proyek penangkaran biasanya diberikan sebagai makanan tambahan saja, bukan makanan utama)
HINDARI INBREEDING
Anda tentu sering mendengar istilah inbreeding dalam konteks penangkaran, baik hewan maupun tanaman. Sebenarnya apa sih inbreeding, khususnya dalam penangkaran burung ? apa dampak positif dan dampak negatifnya bagi hasil penangkaran yang kita kembangkan ?
Perkawinan sedarah dalam penangkaran burung adalah proses reproduksi yang terjadi akibat perkawinan dari dua burung dengan garis genetic sama atau memiliki orang tua yang sama atau bersaudara. Misalnya adalah induk jantan dengan anakannya, anakan dengan induk betina, anak dengan anak, cucu dengan kakek atau nenek dan seterusnya.
Perkawinan inbreed bisa meningkatkan resiko burung anak menuruni sifat resesif yang merusak. Jika terjadi penurunan genetic (kesehatan secara umum) dari suatu populasi burung, maka disebut inbreeding depression. Sifat pembawa yang menyebabkan penurunan kualitas keturunan biasanya dihilangkan melalui proses tertentu yang juga dikenal sebagai genetic purging atau “pembersihan genetic”.
Perkawinan inbreeding atau penangkaran antar sanak dalam bahasa sehari-hari dikenal istilah incest atau antar muhrim. Pengertian inbreed dalam biologi meliputi juga perkawinan atau pembuahan sendiri (selfing atau self fertilization). Hubungan kekerabatan (relatedness atau relationship) ini biasanya dikuantifikasi dengan beberapa ukuran (seperti koefesien konsanguinitas dari Jacquard, Koefisien kesekerabatan atau inbreeding coefficient, dan kovarians kekerabatan).
Para penangkar burung (yang sudah berkembang di Thailand atau di Barat misalnya) menghilangkan karakteristik yang tidak diinginkan dalam populasi burung tertentu, yang juga dibarengi dengan pemusnahan terhadap apa yang dianggap “keturunan tidak layak” dilakukan terutama ketika mencoba untuk memunculkan sifat baru pada burung tertentu.
Jika anda sudah ahli dalam “memilah dan memisahkan” sifat keturunan tertentu pada burung, silahkan saja anda menangkar burung dari indukan atau keturunan yang sama. Namun jika masih awam atau pemula, saran saya, kawinkan burung dari orang tua atau kakek yang berbeda.
Saat ini banyak orang membeli sepasang burung jantan – betina dari penangkaran dan bahkan dari sarang yang sama sejak masih anakan. Kemudian sepasang burung itu dibesarkan dan dijodohkan untuk dianak-pianakkan. Dalam konteks pengembangan keturunan seperti saya uraikan diatas, maka pembesaran dan dilanjut penjodohan burung dari indukan yang sama sebaiknya dihindarkan